Agama. Islam. Pangeran Kusumadinata II ( Sunda: ᮊᮥᮞᮥᮙᮂᮓᮤᮔᮒ |᮲|, translit. kusumahdinata kadua, har. 'kusumadinata kedua') yang terkenal sebagai Prabu Geusan Ulun dalam genealogi wangsa Sumedang adalah putra dari Pangeran Kusumahdinata I ( Pangeran Santri ), terlahir dengan nama Angkawijaya. Selain dianggap sebagai rajaSunanesia.com – Sunan Giri memiliki nama asli Raden Ainul Yaqin, ia merupakan salah satu wali dari 9 wali yang populer di Indonesia. Pendapat ini menyatakan bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW, Berikut silsilah Sunan Giri sampai kepada Rasulullah SAW. 1. Nabi Muhammad 2. Husain bin Ali 3. Ali Zainal Abidin, 4. Muhammad al 3. Sunan Giri. Sunan Giri diyakini sebagai putra seorang Putri Hindu dari Balambangan dan seorang pendakwah dari Melakan. Dia belajar di Melaka dan menyebarkan Islam ke timur ke Sulawesi, Lombok dan Malaku. Dia juga belajar di bawah Sunan Ampel dan menikahi putrinya. 4. Sunan Bonang. Sunan Bonang adalah putra Wali Songo Sunan Ampel, cucu
Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Cikembar Cibadak, Sukabumi pada 12 Muharram 1306 H/18 September 1888 M. KH Ahmad Sanusi merupakan putra KH Abdurrahim bin H Yasin. Nasabnya tersambung ke Sunan Syekh Ainul Yaqin atau Sunan Giri, hingga ke Nabi Muhammad SAW. Dia dibesarkan di tengah lingkungan Pesantren selama kurang lebih 16 tahun.Sunan Bonang, Wali Songo Miliki Garis Keturunan Nabi Muhammad SAW. SUNAN BONANG merupakan salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Konon Sunan Bonang memiliki nasab langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Hal ini dikisahkan buku "Sunan Bonang Wali Keramat : Karomah, Kesaktian, dan Ajaran - Ajaran Hidup Sang Waliullah" karyaA.LATAR BELAKANG. Beberapa ulama besar yg membawa pembaharuan Islam di Indonesia di akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900 Masehi tidak hanya belajar di Indonesia saja, tetapi mereka belajar bertahun-tahun di Mekah. Tercatat dalam sejarah bahwa para ulama2 pembaharu tersebut ternyata belajar juga pada salah seorang guru, yang merupakan juga .