Akumenjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui.". Beliau bersabda, "Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian." [HR Muslim, no. 8] Hadits ini mempunyai makna yang sangat agung sebab berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu Jibril dan Rasulullah.
Hadits Arbain Tentang Iman, Islam dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [ رواه مسلم ] Kosa kata طلعTerbit / datang أسند Menyandarkan كفَّيه مثنى كف Kedua telapak tangan فخذيه مثنى فخذ Kedua pahanya انطلق Berangkat / Bertolak ركبتيه مثنى ركبة Kedua lututnya أثر Bekas الحُفاة ج الحافي Telanjang kaki أمارات ج أمارة Tanda-tanda العراة ج العاري Telanjang رعاء ج راعي Penggembala يتطاولون Saling meninggikan Arti hadits Arbain Dari Umar radhiyallahu anhu juga dia berkata Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahualaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya Rasulullah shallahualaihi wa sallam seraya berkata “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahualaihi wa sallam “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata “Anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata “Anda benar“. Kemudian dia berkata lagi “Beritahukan aku tentang Ihsan“. Lalu beliau bersabda “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihat engkau”. Kemudian dia berkata “Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Dia berkata “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bertanya “Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian.“ Riwayat Muslim Catatan Hadits Arbain Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu Amiinussamaa’ kepercayaan makhluk di langit/Jibril dan Amiinul Ardh kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam Kandungan Hadits Arbain • Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa. • Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya. • Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu yang tidak ia ketahui, maka tidak ada cela baginya untuk berkata menjawab “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya. • Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia. • Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hamba-sahayanya. • Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya selama tidak dibutuhkan. • Di dalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala. • Di dalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu. Tema-tema hadits arbain dan ayat berkaitan dalam Al-Qur'an Iman 2 285, 5 5, 6 82 dll. Islam 2 112, 4 125, 72 14, 40 66, 3 19, 5 3 Ihsan 18 30, 28 77, 17 7, 5 93 Hari akhir 7 187, 22 7, 31 34 . Ilmu ghaib hanya Allah yang mengetahui 2 3, 2765, 6 50, 7 188 Belajar & mengajarkan Islam 1643, 217, 379, 9122 Demikian Hadits Arbain Tentang Iman, Islam dan Ihsan ini semoga bermanfa’at. © [Hadits Arbain] Selamat menjalankan kehidupan dengan sebaik-baiknya. Navigasi pos
0212/2020. KItab arba'in tentang keutamaan Al-Quran. Jamak kita temui kitab-kitab yang berisi empat puluh hadis atau lazim disebut kitab arba'in ( al-arba'iniyyat) dan dikarang oleh para ulama dengan metode tematik. Misalnya adalah kitab Arba'in An-Nawawi karya Abu Zakaria Muhy al-Din bin Syaraf al-Nawawi al-Damasyqi yang menghimpun 42
Kali ini melanjutkan rincian dari rukun iman secara singkat. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, قَالَ صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” HR. Muslim, no. 8 Cakupan Beriman Kepada Allah Beriman kepada Allah mencakup empat hal Beriman kepada wujud Allah. Barangsiapa mengingkari keberadaan Allah, maka dia bukan orang yang beriman. Namun tidak mungkin ada orang yang mengingkari wujud Allah Ta’ala sampai pun Fir’aun sebagaimana Nabi Musa pernah berkata padanya yang artinya, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” QS. Israa’ 102 Beriman kepada rububiyah Allah yaitu meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb sebagai Pencipta, Pemberi Rezeki, Pemilik dan Pengatur alam semesta. Beriman kepada uluhiyah Allah yaitu meyakini bahwa Allah satu-satunya yang berhak diibadahi, segala ibadah hanya boleh ditujukan pada Allah. Beriman kepada nama dan sifat Allah yang menetapkan apa yang ditetapkan-Nya untuk diri-Nya dalam Al-Qur’an dan dalam sunnah Rasul-Nya dengan penetapan yang layak bagi Allah tanpa melakukan tahrif penyelewengan, ta’thil penolakan, takyif menyatakan hakikat, dan tamtsil memisalkan dengan makhluk. Cakupan Beriman Kepada Malaikat Malaikat adalah makhluk ghaib. Malaikat diciptakan dari cahaya. Malaikat tidaklah makan dan minum. Malaikat merupakan makhluk yang padat tanpa berongga. Malaikat itu bergolong-golongan, dan tugas mereka pun bermacam-macam sesuai dengan hikmah Allah. Beriman kepada malaikat mencakup beberapa perkara Beriman pada nama-nama mereka yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui. Ada malaikat yang memiliki nama dan tugas tertentu Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu kepada para Rasul-Nya yang turun dari sisi Allah. Mikail ditugaskan mengurus hujan dan tumbuhan bumi. Israfil ditugaskan meniup sangkakala. Malik yaitu malaikat penjaga neraka. Ridwan yaitu malaikat penjaga surga. Munkar dan Nakir yang bertugas menanyai mayit dalam kubur. Malaikat maut yang bertugas mencabut nyawa. Penyebutan dengan Izra’il tidak memiliki dalil pendukung dari Al-Qur’an dan hadits yang shahih. Malaikat yang bertugas mencatat setiap amal perbuatan manusia, sifatnya adalah raqib selalu mengawasi dan atid selalu hadir. Malaikat yang bertugas berkeliling ke majelis ilmu dan majelis dzikir. Malaikat yang bertugas menemui orang beriman pada hari kiamat. Malaikat yang bertugas memberi perhormatan pada penduduk surga. Malaikat yang bertugas mengaminkan orang yang berdoa pada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya. Malaikat yang bertugas mendoakan di pagi hari bagi yang rajin bersedekah mengeluarkan nafkah dan doa jelek bagi yang malas. Harut dan Marut dalam kisah Sulaiman seperti disebut dalam surah Al-Baqarah ayat 102. Cakupan Beriman Kepada Kitab Allah Beriman kepada kitab Allah mencakup beberapa perkara Mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada setiap Rasul, dan kitab-kitab itu berasal dari sisi Allah. Tetapi kita tidak mengimani bahwa kitab-kitab selain Al-Qur’an yang ada pada umat-umat sekarang berasal dari Allah karena telah terjadi penyimpangan dan perubahan. Mengimani kebenaran pemberitaan di dalamnya, seperti kabar-kabar Al-Qur’an dan kabar-kabar yang ada pada semua kitab terdahulu yang belum dirubah atau diselewengkan. Mengimani hukum-hukum yang terdapat dalam semua kitab terdahulu yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jadi syariat terdahulu yang tidak bertentangan dengan syariat kita merupakan syariat kita juga. Kita mengimani nama-nama seluruh kitab yang telah kita ketahui seperti Al-Qur’an, Taurat, Injil, Zabur serta Shuhuf lembaran Ibrahim dan Musa. Al-Qur’an adalah penyempurna dan penghapus kitab-kitab sebelumnya yang pernah ada. Al-Qur’an adalah kalamullah firman Allah. Diturukan oleh Allah lewat Ruhul Amin Jibril kemudian ditanamkan dalam hati sayyidul mursalin Nabi Muhammad dengan bahasa Arab yang terang. Al-Qur’an diturunkan dari Allah dan bukan makhluk. Cakupan Beriman Kepada Rasul Nabi adalah seseorang yang diberi wahyu berupa syari’at dan diperintahkan untuk mengamalkannya, tetapi tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya. Sedangkan Rasul diutus untuk menyampaikan risalah yang bertentangan dengan kondisi umatnya. Beriman kepada Rasul mencakup beberapa perkara Beriman pada seluruh rasul tidak membeda-bedakannya karena Rasul adalah penyampai wahyu dari Allah pada hamba. Mengufuri sebagian Rasul sama seperti mengufuri lainnya. Beriman pada Nabi pertama adalah Adam dan Rasul pertama adalah Nuh. Meyakini ada rasul yang paling utama adalah dari kalangan ulul azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Ajaran para rasul itu sama yaitu menyerukan untuk mentauhidkan Allah dan meninhggalkan kesyirikan walaupun syariatnya berbeda-beda. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penutup para Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam itulah yang wajib diikuti untuk saat ini. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penghulu para Rasul rasul yang paling utama, penerima syafa’atul uzma maqomam mahmuda, menjadi pemegang kunci pintu surga pertama kali dan umat Muhammad yang pertama kali masuk surga. Cakupan Beriman Kepada Hari Akhir Beriman kepada hari akhir mencakup beberapa hal Beriman bahwa kiamat akan terjadi dan beriman pada kejadian-kejadiannya seperti manusia akan melihat Allah kelak di akhirat. Beriman kepada setiap apa yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya dan apa yang telah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari perkara-perkara yang akan terjadi pada hari kiamat seperti manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak disunat, buhman sama sekali tidak membawa harta apa pun. Beriman kepada nikmat dan siksa kubur. Beriman kepada tanda-tanda hari kiamat seperti munculnya Dajjal, datangnya Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa bin Maryam, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya dabbah binatang, dan terbitnya matahari dari arah tenggelamnya. Beriman kepada peniupan sangkakala, syafa’at, hisab, mizan timbangan, pembagian catatan amal, al-haudh telaga, ash-shirath titian, surga dan neraka, juga penyembelihan al-maut. Cakupan Beriman Kepada Takdir Beriman kepada takdir mencakup beriman pada empat perkara Al-Ilmu ilmu yaitu mengimani bahwa Allah mengetahui segala yang terjadi di alam ini, baik secara global maupun secara terperinci, baik kaitannya dengan perbuatan Allah maupun perbuatan hamba; Al-Kitabah pencatatan yaitu segala sesuatu telah dicatat oleh Allah; Al-Masyi’ah kehendak yaitu apa yang telah Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi; Al-Kholq penciptaan yaitu segala yang ada di alam ini adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, ada yang hasil perbuatan Allah seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaman dan ada yang merupakan perbuatan hamba. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” QS. Ash-Shaaffaat 96 Semoga bermanfaat. Masih berlanjut pada penjelasan hadits Jibril selanjutnya. Referensi Alam Al-Malaikah Al-Abrar. Cetakan Tahun 1425 H. Prof. Dr. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. Penerbit Dar An-Nafais. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Lum’ah Al-I’tiqad. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat siang, 14 Shafar 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel SyarahHadits Al Arbain An Nawawiyyah - Ibnu Daqieq Al 'Ied dan demikian itu adalah selemah-lemah iman' ." hadits ini menunjukkan bahwa perbuatan semacam itu belum pernah dilakukan oleh siapa pun sebelum Marwan. Yang diperintahkan melakukan amar ma'ruf nahi mungkar adalah orang mengetahui tentang apa yang dinilai sebagai hal Alhamdulillah, kita memuji, memohon pertolongan, dan memita ampun hanya kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga hari kiamat. Pada artikel ini, kita akan mengkaji bersama hadits kedua dari kitab arba'in nawawi, yaitu hadits tentang islam iman dan ihsan. Lalu kita akan mengetahui apa maksud dari hadits tersebut, serta faedah apa saja yang dapat kita ambil. A. Hadits Tentang Islam, Iman dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَاب شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله، وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً قَالَ صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِالله، وَمَلائِكَتِه، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِر، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثَ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ B. Terjemahan Hadits Dari Umar radhiyallaahu anhu juga ia berkata Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam. Padanya tidak tampak bekas perjalanan jauh dan tidak ada diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menyandarkan kedua lututnya pada lututnya Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, seraya berkata “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam!” Maka Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda “Islam adalah engkau bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikkan zakat, puasa Ramadhan, dan haji jika mampu.” Kemudian dia berkata “Engkau benar!” Kamipun terheran, dia sendiri yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “Beritahukan aku tentang Iman!” Lalu beliau bersabda “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk” Kemudia dia berkata “Engkau benar!” Kemudian dia berkata lagi “Beritahukan aku tentang ihsan!” Lalu beliau bersabda “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata “Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya.” Beliau bersabda “Yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya.” Dia berkata ”Beritahukan aku tentang tanda-tandanya!“ Beliau bersabda “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya.“ Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau bertanya “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. Aku berkata “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.“ C. Penjelasan Hadits Tentang Islam Iman dan Ihsan 1. Sekilas Tentang Isi Hadits Ini Hadits ini adalah hadits yang sangat agung. Hadits ini menjelaskan tentang agama secara menyeluruh, mulai dari rukun Islam, rukun Iman, Ihsan, dan juga dijelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat. Karena itulah, setelah Nabi shallallaahu alaihi wasallam menjelaskan tentang Islam, Iman dan Ihsan, diakhir kata beliau bersabda فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.“ Hadits ini merupakan kumpulan ilmu dan pengetahuan yang semuanya akan kembali kepada hadits ini dan tercakup di bawahnya. Apabila para ulama membahas ilmu maka mereka tidak keluar dari cakupan hadits ini. Dalam hadits ini juga dijelaskan bahwa dalam beragama seseorang memiliki beberapa tingkatan, yakni ada yang berada di tingkat muslim, kemudian mukmin, dan yang tertinggi adalah muhsin. 2. Apa Itu Islam? Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa hakikat Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikkan zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke baitullah bagi yang mampu. Kelima perkara ini merupakan rukun yang wajib ditunaikkan dengan keyakinan di dalam hati. Kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan dalam Islam lainnya. Karena mengerjakan kewajiban dan meninggalkan larangan lainnya merupakan penyempurna dari kelima rukun tersebut. Rukun-rukun tersebut merupakan pondasi berdirinya Islam, kemudian barulah datang amalan-amalan lainnya baik yang bersifat wajib maupun sunnah. Apabila kita meninggalkan rukun ini maka amalan lainnya baik yang bersifat wajib maupun sunnah tidak akan bermanfaat. Kelima rukun tersebut bukanlah Islam secara menyeluruh, karena ia hanyalah rukun dan tiang-tiangnya Islam. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ Islam dibangun di atas lima perkara yaitu syahadat bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikkan zakat, haji, dan puasa Ramadhan. HR. Bukhari 8 Islam itu luas, ia mencakup semua yang diperintahkan oleh Allah dan yang menjadi larangan-Nya. Maka dari itu, apabila kita tinggalkan salah satu dari rukun tersebut maka Islam kita tidaklah sah. Namun, apabila kita tinggalkan selain dari rukun-rukun tersebut maka Islam kita tetap sah, hanya saja tidak sempurna tergantung banyaknya perkara dalam Islam yang ditinggalkan. Secara menyeluruh Islam dapat diartikan “Berserah diri kepada Allah azza wa jalla dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari kesyirikan serta pelakunya.” 3. Rukun Pertama Dua Kalimat Syahadat Apa itu Syahadat? Syahadat berarti menyatakan apa yang ada di dalam hati dengan lisannya, karena syahadat adalah ucapan dan pemberitahuan tentang apa yang ada di dalam hati. Syahadat tidaklah cukup dengan lisan, karena orang munafikpun bersyahadat dengan lisannya tetapi tidak dengan hatinya. Dua kalimat syahadat ini adalah satu rukun yang tidak bisa dipisahkan. Karena apabila kita hanya bersyahadat أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ الله namun mengingkari أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ maka syahadatnya tidak sah. Syahadat أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ الله berarti mengharuskan keikhlasan, sedangkan syahadat أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ berarti mengharuskan ittiba’. Dan semua amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas dan ittiba’. Makna Dua Kalimat Syahadat Makna syahadat yang pertama “أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ الله” adalah “Aku mengakui dan meyakini bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah.” Maksud dari “لَا إِلَهَ” tidak ada tuhan bukan berarti menafikan keberadaan tuhan atau sesembahan, akan tetapi maksudnya adalah menafikan hak sesembahan. Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa sesembahan itu sangatlah banyak, seperti pohon, batu, berhala, matahari, kuburan dan sesembahan-sesembahan batil lainnya. Namun, yang berhak untuk disembah hanya satu yaitu Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ Kuasa Allah yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah Tuhan Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. QS. Al-Hajj 62 Makna syahadat yang kedua “أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ اللهِ” adalah “Aku mengakui dan menyatakan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah yang diutus untuk seluruh manusia, dan dua golongan yakni jin dan manusia.” Pengakuan dan pernyataan kerasulan Muhammad ini harus dengan hati dan dengan lisannya. Karena siapa yang mengakui dengan lisannya saja maka ia adalah munafik. Demikian apabila mengakui dengan hatinya juga tidaklah cukup karena orang Yahudi dan Nasranipun mengakui dengan hatinya bahwa Muhammad adalah Rasulullah, akan tetapi mereka malah kufur terhadapnya dan tidak mau mengakui dengan lisannya. Allah ta’ala berfirman الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Al Kitab Taurat dan Injil mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. QS. Al-Baqarah 146 Maka bagi seorang yang bersyahadat dan mampu mengucapkannya dengan lisannya ia juga harus mengikrarkannya dengan lisan. Konsekwensi Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat Konsekwensi dari syahadat yang pertama adalah mengikhlaskan atau memurnikan ibadah hanya untuk Allah. Inilah yang disebut dengan tauhid uluhiyyah atau tauhid ibadah. Karena makna dari syahadat yang pertama ini adalah “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Oleh karena itu, barang siapa yang bersyahadat dengan syahadat yang pertama ini maka ia harus memurnikan ibadah untuk Allah dan menjauhi riya’ serta kesyirikan lainnya. Barang siapa yang bersyahadat dengan syahadat ini lalu ia menyembah kepada selain Allah maka ia adalah pendusta. Konsekwensi dari syahadat yang kedua adalah Pertama, membenarkan apapun yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam tanpa keraguan sedikitpun. Kedua, mengikuti perintah-perintahnya serta menjauhi larangannya dengan segenap kemampuannya tanpa pilah-pilih mana yang cocok untuk dirinya. Ketiga, mendahulukan perkataan Nabi shallallaahu alaihi wasallam dari pada perkataan manusia selainnya. Tidaklah pantas apabila telah sampai hadits Nabi kepada kita kemudian kita mengatakan “Kata Syaikh atau Imam fulan begini dan begitu” Keempat, tidak mengada-ngadakan syariat baru yang tidak disyariatkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Karena diantara makna syahadat yang kedua ini adalah meninggalkan bid’ah atau perkara baru dalam agama. Kelima, mengamalkan syariat Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wasallam disertai dengan tashdiq membenarkan. Karena mengamal tanpa disertai dengan tashdiq adalah peringainya orang-orang munafik. Mereka ikut shalat, puasa, haji, bahkan jihad, akan tetapi mereka tidak membenarkan apa yang datang dari Rasulullah. Keenam, tidak meyakini adanya sifat rububiyyah di dalam diri Nabi shallallaahu alaihi wasallam. Karena ia hanyalah manusia biasa dan hamba Allah yang diutus oleh Allah. 4. Rukun Kedua Mendirikan Shalat Mengapa rukun yang kedua adalah “Mendirikan Shalat”? Mengapa tidak disebut “Shalat” saja? Karena yang dikehendaki bukan hanya melaksanakan shalat saja akan tetapi benar-benar mendirikan shalat. Dan tidaklah dikatakan mendirikan shalat hingga ia mengerjakan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, dan juga hal-hal yang diwajibkan di dalam shalat itu sendiri. Mendirikan shalat berarti Pertama, melaksanakan shalat sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Tidaklah dapat dikatakan mendirikan shalat apabila kita melaksanakan shalat sembarangan. Karena hal itu menyalahi sabda Nabi وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat HR. Bukhari 631 Kedua, melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Allah ta’ala berfirman إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. QS. An-Nisa’ 103 Ketiga, benar-benar tunduk dan khusyuk serta menghadirkan hatinya dalam melaksanakan shalat. Karena shalat tidak hanya sekedar gerakan dan ucapan tanpa arti. Namun, shalat adalah ibadah yang juga melibatkan kekhusyukan hati. Karena khusyuk adalah ruhnya shalat. Allah ta’ala berfirman قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya QS. Al-Mu’minun 1-2 Keempat, melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah. Melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah hukumnya wajib. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ، فَلَا صَلَاةَ لَهُ، إِلَّا مِنْ عُذْرٍ Barang siapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya kecuali karena uzur HR. Ibnu Majah 793 5. Rukun Ketiga Membayar Zakat Zakat merupakan hak yang diwajibkan oleh Allah ta’ala agar ditunaikkan oleh orang kaya kepada orang miskin. Allah ta’ala berfirman وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. QS. Adz-Dzariyat 19 Apabila zakat dibayarkan dengan senang hati maka Allah akan menerimanya. Namun, apabila mengingkari wajibnya zakat maka hukumnya kafir. Apabila seseorang sudah tau bahwa zakat itu wajib namun ia tidak mau membayarnya maka pemerintah wajib mengambilnya secara paksa, atau menegurnya, atau memberinya pelajaran. Apabila ada pasukan yang menghalangi pemerintah untuk mengambil zakatnya maka pemerintah wajib memeranginya hingga ia mau membayar zakatnya. 6. Rukun Keempat Puasa Bulan Ramadhan Puasa selama sebulan penuh wajib di tunaikkan oleh seorang muslim di setiap bulan Ramadhan. Allah ta’ala berfirman شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu QS. Al-Baqarah 185 Namun, apabila ia berhalangan maka hendaknya ia ganti puasa itu di hari yang lain. Allah ta’ala berfirman وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain QS. Al-Baqarah 185 7. Rukun Kelima Haji Bagi yang Mampu Haji secara bahasa artinya menyengaja. Adapun secara syar’i yaitu sengaja mengunjungi baitul haram untuk menunaikkan manasik haji dan umrah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Haji dan umrah adalah ibadah yang pelaksanaannya dilaksanakan di masjidil haram dan tempat-tempat sekitarnya yang telah di tentukan. Adapun waktunya, khusus haji hanya dilaksanakan di bulan tertentu, sementara umrah bisa dilaksanakan kapanpun di sepanjang tahun. Allah ta’ala berfirman الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi QS. Al-Baqarah 197 Haji wajib ditunaikkan bagi yang mampu baik dari kemampuan harta, badan, maupun perjalanan. Allah ta’ala berfirman وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah QS. Ali Imran 97 Haji hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup. Di dalam hadits disebutkan, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam berkhutbah أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ، فَحُجُّوا Wahai manusia, Allah telah mewajibkan haji pada kalian! Maka berhajilah! فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللهِ؟ Lalu ada seorang lelaki bertanya “Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?” فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ Maka Rasulullah diam hingga lelaki itu bertanya tiga kali. Lalu Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda Seandainya aku mengatakan “Ya” maka akan menjadi wajib dan kalian tidak akan mampu. HR. Muslim 1337 Demikianlah pembahasan hadits tentang Islam Iman dan Ihsan dicukupkan hingga pembahasan Islam terlebih dahulu. Untuk pembahasan Iman dan Ihsan insya Allah akan kita pelajari pada artikel selanjutnya. Barakallaahufiikum. SEKILAS TENTANG KITAB HADITS ARBA'IN NAWAWI Hadits Arbain An-Nawawi Kitab hadits Arbain an-Nawawi merupakan kitab yang menghimpun hadits-hadits penting yang termasuk Jawami al-Kalim singkat tapi padat makna. Kitab ini berukuran kecil dan tidak asing di tengah kaum Muslimin, bahkan banyak dihafal oleh para penuntut ilmu di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut karena walaupun kitab ini kecil, namun sarat dengan nilai-nilai dasar Syariat Islam yang sangat penting, yang hanya memuat 42, hadits namun merupakan intisari ajaran Islam. Oleh karena itu, kami menyajikan buku ini untuk Anda, dalam format memuat matan hadits Arbain an-Nawawi dan terjemahnya, berikut intisari kandungan hadits berdasarkan syarah Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, yang disajikan dengan bahasa yang lugas dan jelas, simpel dan praktis, yang menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, baik tua maupun muda, kalangan terpelajar maupun masyarakat awam. Buku ini adalah rujukan primer bagi kaum Muslimin, bahkan patut dimasyarakatkan agar Anda berminat memiliki kitab ini, dapatkan dengan mengklik gambar di bawah ini Refrensi Al-Arbaun An-Nawawiyyah Imam An-Nawawi Jamiul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab Syarah Al-Arbain An-Nawawiyyah Al-Utsaimin Al-Minhatur Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah Shalih Al-Fauzan Klik untuk Membaca Penjelasan Hadits Tentang Islam Iman dan Ihsan Bagian 2

Haditshadits dalam Arbaîn Nawawiyah karya Imam an-Nawawi merupakan landasan atau fondasi dalam agama Islam. Sebagian ulama berpendapat bahwa ajaran Islam, atau setengahnya, atau sepertiganya berlandaskan pada hadits-hadits dalam kitab ini.

Sekarang kita masuk bahasan terakhir dari hadits kedua Arbain An-Nawawiyah tentang ihsan dan tanda kiamat. Kali ini melanjutkan ihsan dan tanda kiamat dari hadits Jibril, hadits Al-Arbain An-Nawawiyah kedua. Inilah pembahasan terakhir dari hadits kedua tersebut. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, قَالَ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ ” أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ” قَالَ صَدَقْتَ , قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ , قَالَ ” أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ , فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ” قَالَ , فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ , قَالَ ” مَا المَسْئُوْلُ بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ” قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا . قَالَ ” أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ” . ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَا , ثُمَّ قَالَ ” يَا عُمَر , أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟” , قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ , قَالَ ” فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang kiamat.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,” Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Selanjutnya orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Jika seorang budak wanita melahirkan majikannya; jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan.” Kemudian orang tadi pergi, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?” Saya menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu.” HR. Muslim, no. 8 Pelajaran Bagian Keempat dari Hadits 02 1- Ihsan itu berarti berbuat baik yaitu berbuat baik dalam menunaikan kewajiban pada Sang Khaliq, di mana ibadah dilakukan ikhlas karena-Nya dan ittiba’ mengikuti tuntunan Rasul-Nya. Siapa saja yang ikhlas dan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dialah yang disebut telah berbuat ihsan. Adapun berbuat ihsan kepada makhluk adalah berbuat baik kepada sesama melalui harta, kedudukan dan lainnya seperti dijelaskan dalam hadits ke-17 dari Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah. 2- “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya” maksudnya ibadah tersebut dibangun di atas keikhlasan dan ittiba’ mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Seakan-akan melihat-Nya maksudnya adalah ibadah itu dilakukan atas dasar cinta kepada Allah. Sebab cinta inilah yang mendorong seseorang melakukan ibadah. 3- “Jika engkau tidak melihat-Nya, sungguh Allah melihatmu”, maksudnya beribadahlah kepada Allah atas dasar takut kepada-Nya. Jika kita menyelisihi hal itu, maka Allah melihat kita yaitu Allah akan memberikan siksaan. 4- Sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, derajat ihsan ada dua a derajat thalab, b derajat harb. Derajat thalab adalah kita beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Derajat harb adalah kita beribadah kepada Allah dan yakin Allah melihat kita, maka takutlah akan siksa-Nya. Derajat thalab lebih tinggi dibandingkan dengan derajat harb. 5- Dalam ihsan ada kadar wajib yang mesti dipenuhi yaitu seorang hamba harus beribadah dengan baik pada Allah dengan ikhlas dan ittiba’. Ada pula kadar mustahab sunnah yaitu beribadah kepada Allah pada maqam muraqabah atau maqam musyahadah. Maqam muraqabah adalah meyakini bahwa Allah melihat kita. Inilah maqamnya kebanyakan manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat, وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآَنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” QS. Yunus 61 Juga dalam hadits disebutkan sebagai berikut, إِذَا قُمْتَ فِى صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِى أَيْدِى النَّاسِ “Jika engkau shalat, kerjakanlah seperti shalat orang yang akan berpisah; janganlah berbicara dengan perkataan yang engkau nanti akan meminta maaf di hari esok, dan janganlah berharap terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.” HR. Ibnu Majah, no. 4171 dan Ahmad, 5412; dari Abu Ayyub. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, صَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، فَإِنَّكَ إِنْ كُنْتَ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ، وَأْيَسْ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ تَكُنْ غَنِيًّا، وَإِيَّاكَ وَمَا يُعْتَذَرُ مِنْهُ “Shalatlah seperti shalat orang yang akan berpamitan, maka sesungguhnya Engkau, jika Engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Dan tak perlu banyak berharap pada sesuatu yang ada di tangan orang lain, engkau pasti akan menjadi kaya; dan berhati-hatilah dari yang nanti akan dimintai alasannya.” HR. Al-Baihaqi dalam Az-Zuhud Al-Kabir, 2210. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih karena banyak penguatnya. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1914. Maqam musyahadah berarti kita beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya yaitu melihat nama dan sifat Allah serta pengaruhnya, bukan melihat zat Allah secara langsung seperti diyakini oleh kaum sufi. Maqam ini lebih tinggi dibandingkan maqam muraqabah. 6- As-saa’ah adalah waktu saat manusia berdiri keluar dari kuburnya menghadap Rabbul alamin, yaitu hari berbangkit. Disebut as-saa’ah karena kiamat itu bala’ musibah yang besar seperti disebutkan dalam ayat, يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ “Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar dahsyat.” QS. Al-Hajj 1 7- Ilmu tentang hari kiamat, kapan pastinya hari kiamat datang hanyalah menjadi ilmu Allah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang ditanya saja menjawab bahwa ia tidak lebih tahu dari yang bertanya Jibril. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah sampai-sampai menegaskan, “Wajib bagi kita mendustakan setiap orang yang menyatakan bahwa batasan umur dunia sekian dan sekian di masa akan datang. Siapa yang berani menyatakan seperti itu atau membenarkannya, maka ia kafir.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hlm. 65. Dalam ayat disebutkan, يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.” Dan tahukah kamu hai Muhammad, boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” QS. Al-Ahzab 63 8- Kiamat akan datang dengan melewati tanda-tanda terlebih dahulu. Allah Ta’ala berfirman, فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat yaitu kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang?” QS. Muhammad 18 9- Para ulama seperti Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah membagi tanda datangnya kiamat menjadi tiga a tanda yang sudah berlalu dan berakhir, b tanda yang akan terus berulang tanda wustha, c tanda yang menunjukkan semakin dekatnya hari kiamat tanda kubra. 10- Tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits Pertama Seorang budak melahirkan majikannya. Hal ini ada dua makna yaitu 1 semakin banyak perbudakan di akhir zaman sehingga ada anak perempuan yang dilahirkan dari seorang budak dan anak perempuan itu merdeka sedangkan budak wanita sebagai ibunya tetaplah budak; 2 semakin banyak anak yang durhaka di akhir zaman karena ada anak perempuan yang bertingkah laku sebagai majikan dan ibunya diperlakukan sebagai budaknya. Kedua Orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan. Artinya banyak orang miskin yang menjadi kaya dan berlomba-lomba meninggikan dan memperbagus bangunan. 11- Malaikat bisa berjalan dan bisa berubah bentuk menyerupai manusia. 12- Manusia asalnya tidak bisa melihat malaikat. 13- Seorang alim boleh mengajukan pertanyaan pada murid-muridnya tentang berbagai hal yang belum diketahui. 14- Yang bertanya suatu ilmu bisa menjadi orang yang mengajarkan ilmu kepada orang-orang yang mendengar jawabannya. 15- Yang ditanyakan dalam hadits ini adalah masalah diin masalah agama. Diin dalam hal ini ada tiga tingkatan a Islam memiliki lima rukun, b Iman memiliki enam rukun, c Ihsan memiliki satu rukun yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya; jika tidak melihatnya, yakinlah Allah itu melihat kita. 16- Seorang muslim hendaklah mempelajari agamanya tidak sekedar mengaku sebagai seorang muslim saja lantas tidak mengetahui dalam ajaran Islam itu terdapat apa saja. Sehingga penting mempelajari Islam, Iman dan Ihsan. Demikian nasihat dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizahullah. Semoga bermanfaat hadits Jibril dan menjadi pelajaran bagi kita semua. Referensi Al-Minhah Ar-Rabbaniyyah fii Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan pertama, Tahun 1429 H. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan. Penerbit Darul Ashimah. Jaami’ Al-Ulum wa Al-Hikam fii Syarh Khamsiina Haditsan min Jawami’ Al-Kalim. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Tahqiq Syu’aib Al-Arnauth. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh. Penerbit Darul Ashimah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat pagi, 20 Rabi’ul Awwal 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Lelakiitu bekata lagi, "Kabarkanlah kepadaku tentang iman!" Beliau (Nabi SAW) menjawab, "Anda beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan Anda beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." Lelaki itu menjawab, "Engkau benar." Dia bekata lagi, "Kabarkan kepadaku tentang ihsan!" Hadits Arbain Ke 13 – Hadits Tentang Cinta Dan Kesempurnaan Iman merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada 1 Rajab 1441 H / 25 Februari 2020 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain Ke 12 – Cara Manajemen Waktu Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain Ke 13 – Hadits Tentang Cinta Dan Kesempurnaan Iman Melanjutkan kajian kita, beranjak ke nomor 13 yaitu hadits Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam, beliau bersabda لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه “Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” HR. Bukhari dan Muslim Hadits ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu yang merupakan salah satu sahabat yang mulia. Beliau adalah salah satu orang terdekat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, karena beliau adalah pembantunya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau karenanya menjadi salah satu sahabat dengan riwayat hadits paling banyak. Dan beliau didoakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam doa yang masyhur اللهم أكثر ماله وولده وأدخله الجنة “Ya Allah perbanyaklah hartanya, perbanyaklah anak-anaknya dan masukkanlah dia kedalam surga.” Maka buah yang ditanam oleh Anas bin Malik Radhiyllahu Anhu berbuah dua kali dalam setahun ketika pohon buah orang lain hanya berbuah satu kali saja. Kemudian Anas bin Malik memiliki anak-anak yang sangat banyak. Bahkan dengan kedua tangan beliau, beliau menguburkan sekitar 125 orang dan mengenai doa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam ini beliau mengatakan, “Saya telah melihat dua dari tiga doa tersebut di dunia. Dan saya sedang menunggu yang ketiga.” Jadi yang pertama doa tentang banyaknya harta, sudah beliau rasakan. Doa tentang banyaknya anak-anak juga telah beliau rasakan. Dan beliau tinggal menunggu satu lagi yaitu doa dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam agar beliau bisa masuk surga. Dan insyaAllah beliau akan mendapatkan itu juga. Beliau wafat pada tahun 93 Hijriyah. Dan diberikan umur yang cukup panjang -semoga Allah meridhai beliau- Dalam hadits ini beliau meriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه “Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” Terjemah leterleknya seperti ini, nanti kita akan tafsirkan apa arti iman yang dinafikan di sini. Ini adalah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim. Dan hadits ini ditafsirkan oleh riwayat Ahmad yang bunyinya لاَ يَبْلُغُ عَبْدٌ حَقِيْقَةَ اْلإِيْمَانِ حَتَّى يُحِبَّ لِلنَّاسِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ مِنَ الْخَيْرِ “Tidaklah seorang hamba mencapai hakikat iman iman yang sesungguhnya sampai dia mencintai untuk manusia apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan.” HR. Ahmad Jadi, yang dimaksud iman yang dinafikan dalam hadits riwayat redasi Al-Bukhari dan Muslim adalah kesempurnaan iman. Sehingga hadits ini bisa kita tafsirkan dengan mengatakan, “Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dicintai untuk dirinya sendiri.” Jadi yang dinafikan adalah kesempurnaan iman, bukan pokok iman. Artinya kalau sampai ada di antara kita yang belum sampai derajat/tingkat ini, masih tidak mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri, maka berarti orang tersebut tidak serta merta menjadi kafir. Karena yang dinafikan bukan pokok iman. Yang dinafikan adalah kesempurnaan iman. Namun kesempurnaan iman yang dimaksud adalah kesempurnaan iman yang wajib. Sebagaimana disebutkan dengan tegas oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Hafidzahullahu Ta’ala dalam Fathul Qawiyyil Matin fi Syarhil Arba’in. Jadi yang dinafikan adalah kesempurnaan iman yang wajib. Artinya kalau kita belum sampai derajat ini, kalau kita masih belum mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri, maka berarti ada yang kurang dengan iman kita. Bahkan sebagian ulama mengatakan berarti kita masih berdosa. Maka wajib bagi setiap muslim untuk mencintai bagi saudaranya apa yang dicintai untuk dirinya sendiri. Kita wajib melakukan ini karena ini adalah kewajiban dalam Islam. Kalau tidak maka berkurang dari kita kesempurnaan iman yang wajib, berarti masih kurang iman kita. Dan mencintai di sini adalah amalan hati. Jadi yang wajib bagi kita adalah mengamalkan -dalam hal ini- dalam hati kita yaitu ketika kita mendapatkan kebaikan baik dalam urusan dunia maupun dalam urusan akhirat maka kita harus mencintai hal itu juga untuk saudara kita. Kita mengharapkan agar orang lain juga bisa merasakan kebaikan itu. Kita berharap orang lain juga bisa merasakan kenikmatan-kenikmatan yang kita dapatkan. Ini artinya adalah mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri. Bbukan berarti kita harus memberikan apa yang kita miliki kepada mereka, bukan itu yang menjadi kewajiban. Yang menjadi kewajiban kita adalah amalan hati. Bahwasannya ketika kita -misalnya- memiliki ilmu agama yang bermanfaat, maka kita berharap saudara kita yang lain juga bisa merasakan ilmu itu. Ketika kita mendapatkan sebuah nikmat duniawi, maka kita juga senang kalau seandainya saudara kita mendapatkan nikmat itu juga. Ini yang menjadi kewajiban kita. Tidak berarti kalau kita punya mobil, berarti kita harus memberikannya kepada saudara kita. Atau kalau kita punya uang yang banyak kita harus membaginya dengan saudara kita. Itu baik, tapi itu bukan suatu kewajiban dan itu bukan yang dimaksudkan oleh hadits ini. Yang penting adalah mengolah hati kita karena ini adalah amalan hati, kita mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri. Dan kita juga membenci untuk saudara kita apa yang kita benci untuk diri kita sendiri. Kita senang kalau dihormati, kita senang kalau dihargai, maka kita juga harus menghargai orang lain dan menghormati mereka. Kita tidak suka untuk didzalimi, tidak suka untuk direndahkan, maka kita tidak boleh pula untuk mendzalimi dan merendahkan orang lain. Ini adalah makna dari hadits ini. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menafsirkan hadits yang agung ini dengan beberapa hadits yang lain. Diantaranya adalah hadits riwayat Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu Anhuma bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ ، وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ “Barangsiapa yang ingin dihindarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah ajal menjemput dia dalam keadaan dia beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah dia mendatangi manusia dengan cara yang dia suka kalau manusia mendatangi dia dengan cara itu.” HR. Muslim Jadi kalau kita ingin dihindarkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam surga ini adalah kemenangan yang sesungguhnya, ini adalah keberuntungan yang sejati, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ “Maka barangsiapa yang dihindarkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka dia sungguh telah menang.” QS. Ali-Imran[3] 185 Ini adalah kemenangan yang sesungguhnya. Bagaimana caranya? Caranya hendaklah kita mempertahankan iman kita sampai kita berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetap beriman kepada Allah dan hari akhir kita pertahankan sampai akhir hayat kita. Harus istiqamah diatas agama ini. Kemudian hendaklah kita mendatangi manusia dengan cara yang kita suka kalau orang-orang mendatangi kita dengan cara itu. Artinya kita memperlakukan mereka dengan cara yang baik, sebagaimana kita suka kalau orang-orang memperlakukan kita dengan cara yang baik pula. Kita pergauli manusia cara dan akhlak yang baik. Kita perlakukan mereka dengan cara yang kita sukai kalau seandainya orang-orang itu memperlakukan kita dengan cara itu. Maka ini sesuai apa yang disampaikan di depan. Tidaklah sempurna iman seseorang sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri. Kita semuanya ingin diperlakukan dengan baik. Berarti manusia juga seperti itu, orang lain juga seperti itu. Maka hendaknya kita mencintai untuk mereka apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri. Kalau kita ingin diperlakukan dengan baik, hendaknya kita memperlakukan manusia dengan cara yang baik pula. Dalam hadits riwayat Muslim yang lain, dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu beliau meriwayatkan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan kepada saya يا أبا ذَرّ،إنِّي أَرَاك ضعِيفًا، وَإنِّي أُحِبُّ لكَ مَا أُحِبُّ لِنَفسي “Wahai Abu Dzar, sungguh aku melihatmu adalah orang yang lemah. Maka aku mencintai untuk dirimu apa yang aku cintai untuk diriku sendiri.” HR. Muslim Nasehat yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar, beliau jelaskan demikian. Kemudian beliau menyambung لا تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْن “Wahai Abu Dzar, jangan sekali-kali engkau menjadi pemimpin untuk dua orang.” Setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Ada sebagian orang yang titik lemahnya adalah ketika menjadi pemimpin, ketika memegang jabatan. Sebagian orang kelemahannya bukan di tahta, tapi ketika berhadapan dengan harta. Sebagian orang lagi titik lemahnya ketika berhadapan dengan wanita lawan jenis. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengenal karakter sahabat-sahabat beliau. Beliau memahami kelebihan masing-masing dan juga memahami kekurangan masing-masing. Maka ini masyaAllah sebuah hadits yang berbicara tentang kelemahan Abu Dzar tapi disampaikan oleh Abu Dzar. Beliau mengorbankan -bisa dikatakan- kehormatan beliau karena beliau disebut sebagai orang yang lembah di hadits ini. Tapi beliau tetap menyampaikan hadits ini karena dalam hadits ini ada ilmu yang agung, ada ilmu agama yang harus disampaikan, umat harus tahu tentang hal ini. Dalam hadits ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang mempraktekkan hadits yang beliau sampaikan. Beliau mengatakan, “Wahai Abu Dzar, sungguh aku melihatmu sebagai orang yang lemah dan aku mencintai untuk dirimu apa yang aku cintai untuk diriku sendiri, maka jangan engkau menjadi pemimpin untuk dua orang apalagi lebih” Dua orang saja beliau khawatir akan tidak amanah. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melanjutkan وَلا تُوَلَّيَنَّ مَالَ يتِيمٍ “Jangan juga engkau mengurus harta anak yatim.” Di sini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat bahwasannya Abu Dzar bukan orang yang cakep untuk mengurus dua hal ini. Maka beliau melarang Abu Dzar untuk berurusan dengan dua hal ini. Tentunya ditengah lautan kelebihan yang dimiliki oleh Abu Dzar Radhiyallahu Anhu. Tapi di sini ada kelemahan Abu Dzar yang dideteksi oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka beliau memperingatkan Abu Dzar untuk tidak mengurusi dua hal ini sebagai pengamalan dari cinta kepada sesama muslim, cinta kepada sahabat beliau, sebagai implementasi bahwasannya beliau telah mencapai derajat iman yang sempurna. Dan konsekuensinya adalah beliau mencintai untuk sahabat beliau apa yang beliau cintai untuk diri beliau sendiri. Beliau ingin selamat di akhirat. Maka beliau ingin agar Abu Dzar juga selamat di akhirat dengan tidak mengurus dua hal ini. Jadi hadits ini juga menunjukkan bahwasannya kalau kita mendapati saudara kita ada kekuranga/kelemahan, maka hendaknya kita berusaha meluruskan/memperbaiki, membuat dia lebih baik lagi, termasuk dengan mengingkari kesalahan dia jika dia salah. Karena kita tentunya juga ingin kalau saudara kita selamat di akhirat, ingin hisab dia di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berat. Sebagaimana kita juga ingin seperti itu. Kita ingin selamat di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita ingin selamat di akhirat. Maka kalau kita mendapatkan saudara kita melakukan suatu kesalahan atau berada pada kondisi yang tidak baik, maka kita berusaha untuk menyelamatkan diri, menegur dia, menasehati dia. Ini termasuk juga poin pembahasan hadits ini. Hadits ini juga punya pesan tersirat. Kalau pesan tersuratnya adalah kita harus mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri, pesan tersiratnya adalah kita harus membenci untuk saudara kita apa yang kita benci untuk diri kita sendiri. Jadi, kalau kita tidak suka untuk dizalimi, dihina, direndahkan, maka kita tidak boleh melakukan hal itu untuk saudara-saudara. Kita juga harus membenci hal itu untuk saudara kita, jangan lakukan itu kepada saudara kita. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam mengatakan الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ “Seorang muslim adalah saudara untuk muslim yang lain. Janganlah dia mendzaliminya, janganlah dia merendahkannya, janganlah dia menghinakannya.” HR. Muslim Ini semua dilarang. Dan ini selaras dengan hadits yang menjadi pembahasan kita hari ini. Kita semuanya tidak suka kalau kita diperlakukan dengan tiga hal tadi itu; didzalimi, direndahkan, dihinakan, kita tidak suka itu. Maka kita juga harus membenci hal itu untuk saudara kita. Tidak boleh kita melakukan hal itu untuk saudara kita sesama muslim. Juga dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits yang masyhur dari Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullahu Ta’ala dengan sanad yang shahih. Dari Abu Umamah Radhiyallahu Anhu Bahwasanya ada seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian beliau mengatakan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam يَا رَسُولَ اللَّهِ ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berzina.” Subhanallah, beliau jujur, beliau tidak bisa menyembunyikan gelora muda beliau. Memang anak muda itu syahwatnya sedang kuat-kuatnya. Makanya kalau ada anak muda yang bisa mengontrol imannya, bisa memenangkan iman diatas syahwatnya, bisa memenangkan akal sehat diatas syahwatnya, itu adalah sebuah prestasi yang kemudian orang yang melakukan itu dipuji oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sabda beliau شاب نشأ في طاعة الله “Diantara 7 golongan yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat adalah pemuda yang tumbuh di atas ketaatan.” Pemuda yang bisa menaklukkan syahwatnya, pemuda yang bisa mengalahkan syahwatnya dengan kuatnya iman dan akal sehat. Pemuda ini terus terang mengatakan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam minta izin, “Yaa Rasulullah, izinkan aku untuk berzina.” Maka para sahabat marah, mengingkari dia dengan keras. Tapi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang mereka untuk menyikapi sahabat ini dengan keras. Tapi beliau mengajak pemuda untuk diskusi. Dia katakan, “Apakah engkau rela ibumu dizinai oleh orang lain?” Maka dia mengatakan, “Tidak wahai Rasulullah.” Dan orang-orang juga tidak rela kalau ibu mereka dizinai. Terus kemudian bertanya lagi, “Apakah engkau rela hal ini terjadi pada anak perempuanmua?” Lagi-lagi sahabat ini mengatakan “Tidak Rasulullah, aku tidak rela kalau putriku dizinai.” Dan tidak ada seorangpun yang rela kalau putrinya dizinai. “Apakah engkau rela jika ini terjadi pada saudarimu? Apakah engkau rela jika hal ini terjadi pada bibimu?” Dan semuanya dijawab oleh pemuda ini dengan mengatakan, “Tidak wahai Rasulullah, aku tidak rela kalau itu terjadi pada saudariku, bibiku.” Dan orang-orang juga tidak rela kalau itu terjadi pada keluarga mereka. Di sini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajak pemuda ini untuk menyempurnakan imannya. Beliau mengajak pemuda ini untuk mengamalkan sebuah tanda iman yang sempurna. Yaitu mencintai untuk saudara kita sesama muslim apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri. Dan membenci untuk saudara kita sesama muslim apa yang benci untuk diri kita sendiri. Kalau kita tidak rela zina itu terjadi pada ibu kita, putri kita, saudari kita, bibi kita, maka bagaimana kita rela hal tersebut terjadi pada ibunya orang lain, putrinya orang lain, saudari orang lain, bibinya orang lain. Dan tidak ada wanita di dunia ini kecuali mereka memiliki salah satu sifat itu. Apakah itu ibunya teman kita, atau dia adalah putri dari salah seorang muslim atau dia adalah saudarai dari muslim nun jauh di sana, dan seterusnya. Maka kalau kita tidak rela itu terjadi pada keluarga kita, maka kita juga tidak boleh rela hal itu terjadi pada orang lain. Kita harus hindari itu. Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam memegang pemuda ini dan mendoakannya agar diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diberikan taufik dalam kehidupannya. Kalau sampai kita tidak mempraktekkan hal ini, maka konsekuensinya adalah kita masih berdosa, kita masih belum memiliki kesempurnaan iman yang wajib, masih ada yang banyak kita perbaiki dalam kehidupan kita. Dan juga celaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Muthaffifin وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ ﴿١﴾ Wail adalah lembah di jahanam. Menurut penafsiran yang lain dia adalah “celaka”. Untuk siapa? Untuk orang-orang yang mengurangi. Apa maksudnya mengurangi? Ditafsirkan dalam ayat yang selanjutnya الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ ﴿٢﴾ “Mereka adalah orang-orang yang kalau orang lain menakar untuk mereka, mereka ingin diberikan haknya secara sempurna.” QS. Al-Mutaffifin[83] 2 وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ ﴿٣﴾ “Tapi kalau giliran mereka yang menakar atau mereka yang menimbang, maka mereka mengurangi.” QS. Al-Mutaffifin[83] 3 Jadi kalau berbicara tentang hak, mereka kuat menuntut, harus penuh, harus lengkap, tidak boleh dikurangi. Tapi ketika berbicara tentang kewajiban mereka seenaknya sendiri, timbangan mereka kurangi, takaran tidak mereka penuhi, hati-hati kalau sampai kita seperti itu. Berarti kita belum mewujudkan sifat mukmin yang tadi itu. Mencintai untuk saudara kita apa yang kita cintai untuk diri kita sendiri dan membenci untuk mereka apa yang kita benci untuk diri kita sendiri. Simak penjelasan selanjutnya pada menit ke-2705 Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain Ke 13 – Hadits Tentang Cinta Dan Kesempurnaan Iman Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama ini ke Jejaring Sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter, Google+ dan yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook Pencarian hadits tentang cinta dalam diam, hadist tentang cinta wanita, hadist tentang cinta beserta arabnya, hadist tentang cinta arab, hadist tentang cinta kepada lawan jenis, hadits tentang perasaan, hadist tentang cinta kepada lawan jenis beserta arab dan artinya, hadits tentang mengungkapkan perasaan, hadits tentang cinta kepada sesama muslim, hadits tentang cinta arbain nawawi, hadits tentang cinta dalam Islam.
MemeliharaKebersihan adalah Suatu Kebaikan. Hadits diterima dari Abu Darda, yang artinya: "Barangsiapa yang membuang dari jalan umat Islam sesuatu yang mengganggu mereka, maka akan dicatat oleh Allah perbuatan itu kebaikan dan barangsiapa yang dicatat kebaikannya oleh Allah, maka akan dimasukan ke dalam surga".
Iman adalah dasar dari setiap agama. Bagi umat Islam, memahami dasar-dasar iman adalah kewajiban yang harus dipelajari dan dipahami. Salah satu cara untuk mempelajari dasar-dasar iman adalah melalui hadits Arbain tentang Hadits Arbain tentang iman adalah kumpulan hadits sebanyak empat puluh yang memuat tentang dasar-dasar iman yang harus dipahami oleh setiap muslim. Kumpulan hadits ini disusun oleh Imam Nawawi, seorang ulama dari abad ke-13. Hadits Arbain tentang iman sangat terkenal dan dipelajari oleh umat Islam di seluruh dunia. Hadits-hadits dalam kumpulan ini berisi tentang berbagai macam topik, seperti keimanan kepada Allah, rasul, hari akhir, dan lain sebagainya. Melalui hadits Arbain tentang iman, umat Islam dapat memahami dasar-dasar iman secara mendalam. Alasan Pentingnya Memahami Dasar-dasar Iman Memahami dasar-dasar iman sangat penting bagi umat Islam karena iman adalah fondasi dari setiap aspek kehidupan. Tanpa iman yang kuat, sulit bagi seseorang untuk menjadi muslim yang baik dan benar. Selain itu, memahami dasar-dasar iman juga membantu umat Islam untuk menghindari kesalahan yang bisa merusak iman mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali ada banyak godaan dan cobaan yang bisa menggoyahkan iman seseorang. Namun, jika seseorang memahami dasar-dasar iman dengan baik, maka ia akan lebih mudah untuk menghadapi godaan dan cobaan tersebut. Beberapa Hadits Arbain tentang Iman yang Penting untuk Dipahami Berikut adalah beberapa hadits Arbain tentang iman yang penting untuk dipahami oleh setiap muslimHaditsArti“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan telah mengenal Allah, maka ia akan masuk surga.”Hadits ini mengingatkan pentingnya mengenal Allah dan hidup dalam keadaan iman sepanjang waktu.“Tidak beriman seseorang kamu, sehingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.”Hadits ini mengajarkan pentingnya persaudaraan dalam Islam dan bagaimana cara menjadi muslim yang baik.“Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruh tubuh, jika buruk maka buruklah seluruh tubuh. Itulah hati.”Hadits ini mengajarkan pentingnya menjaga hati dan pikiran agar selalu dalam keadaan yang baik. Kesimpulan Hadits Arbain tentang iman adalah kumpulan hadits yang sangat penting untuk dipelajari oleh setiap muslim. Melalui hadits Arbain tentang iman, umat Islam dapat memahami dasar-dasar iman yang harus dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Memahami dasar-dasar iman sangat penting bagi umat Islam karena iman adalah fondasi dari setiap aspek kehidupan. Dengan memahami dasar-dasar iman dengan baik, umat Islam dapat menjadi muslim yang baik dan benar serta dapat menghadapi godaan dan cobaan dengan lebih mudah. Oleh karena itu, bagi setiap muslim, mempelajari dan memahami hadits Arbain tentang iman adalah suatu kewajiban yang harus video ofHadits Arbain tentang Iman – Mengetahui dan Memahami Dasar-dasar Iman Rp 15.300 (Diskon) Penerbit: As-Salam Publishing. Penyusun: Imam An-Nawawi. Ukuran: 14 cm x 21 cm. Tebal: 72 Halaman. Berat: 0,2 Kg, Hard Cover. Resensi: Buku 42 Hadits yang disusun oleh imam an-Nawawi ini mengumpulkan hadits-hadits nabi yang menjadi poros dari ajaran islam. Buku ini sangat layak dijadikan pembelajaran awal tentang pokok-pokok - Dari Umar radhiyallahu anhu pula dia berkataعَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَيضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ. Pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya berkata Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut berkata Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Iman itu adalah Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Ihsan adalah Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.” Dia berkata “Beritahu kepadaku kapan terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!”
ArbainNawawi. Arbain Nawawi atau Al-Arba'in An-Nawawiyah ( Arab: الأربعون النووية) merupakan kitab yang memuat empat puluh dua hadits pilihan yang disusun oleh Imam Nawawi. [1] Arba'in berarti empat puluh namun sebenarnya terdapat empat puluh dua hadits yang termuat dalam kitab ini. Kitab ini bersama dengan kitab Riyadhus
Berikut adalah hadits kedua dari kitab hadits arbain nawawi, hadits yang menjelaskan bahwa tentang rukun iman, rukun islam dan ihsan. Mempelajari hadits ini akan meningkatkan wawasan dan pengetahuan kita tentang Rukun Islam, Rukun Iman dan Ihsan. serta menjadikan diri kita mempunyai akhlaq yang sempurnaعَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ اَيْضًا قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لَايُرَى عَلَيْهِ اَثَرُ السَّفَرِ، وَلَايَعْرِفُهُ مِنَّا احَدٌ, حَتَّى جَلَسَ اِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيهِ وَوَضَعَ كفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَامُحَمَّدٌ اَخْبِرْنِي عَنِ الْاِسْلَامِ , فَقَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ الْإِسْلَامُ اَنْ تَشْهَدَ اَنْ لَااِلَهَ إِلَّااللّهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّهِ وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَ تُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ اِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا قَالَ صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ , قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيْمَانِ قَالَ اَنْتُؤْمِنَ بِاللّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَ الْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الْإِحْسَانِ، قَالَ اَنْ تَعْبُدَ اللّهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ, قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السّاعَةِ،قَالَ مَا الْمَ سْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنْ اَمَارَاتِهَا, قَالَ اَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَاَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِى الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرَ أَتَدرِى مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ ، اللّهُ وَرَسُوْلُه اَعْلَمَ. قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ اَتَاكُمْ يُعَلّمُكُمْ دِيْنَكُمْ رواه مسلمTulisan Latin An Umaro rodhiyallahu anhu aidhon qola bainama nakhnu juluusun inda rosulillahi shollallahu alaihi wa sallama dzata yaumin idz thola’a alaina rojulun syadiidu bayaadhits tsiyaabi syadidu sawadi SsSya’ri, laa yuro alaihi atsaru ssafar, wa la ya’rifuhu minna akhadun, khatta jalasa ilannabiyyi shollallahu alaihi wasallama fa asnada rukbataihi wawadho’a kaffaihi ala fakhidzaihi wa qo la ya muhammadun akhbirni anil islami, faqola rosululullahi shollallahu alaihi wasallama alislaamu an tasyhada an laa ilaha illallahu wa anna muhammadan rosulullahi wa tuqiimash sholaata wa tu’tiyaz zakaata wa tashuma romadhona wa takhujjal baita inis tatho’ta ilaihi sabila , qola shodaqta, fa’ajibna lahu yasaluhu wa yushoddiquhu, qola fa akhbirni anil imani qo la antu’mina billahi wa malaaikatihi wa kutubihi wa rusulihi wal yaumil akhiri wa tu’mina bil qodari khoirihi wa syarrihi, qola shodaqta, qola fa akhbirni anil ikhsaan , qola anta’budallaha ka annaka taroohu fainlam takun taraohu fainnahu waroka, qola fa akhbirniy anis sa’ati, qola malmasuulu anha bia’lama minas saaili, qola faakhbirni an amaarotiha, qola an talidal amatu robbataha wa an tarol khufata urotal alata ri’aa sysyaao yatathowaluna fil bunyani, tsumman tholaqo falabistu maliyyan, tsumma qola ya umaro atadriy manis saili, qultu allahu wa rosuluhu a’lama, qola fainnahu jibrilu atakum yu’allimukum dinakum rowahu muslim Artinya Dari Umar Rodhiyallahu Anhu juga dia berkata ketika kami duduk di sisi rosulullah SAW suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan yang sangat jauh dan tidak ada diantara seorangpun diantara kami yang mengenalnya . hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan keuda lutut kepada lututnya Rosulullah SAW seraya berkata. “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam.?” Maka bersabdalah Rosulullah SAW, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa romadhon pergi haji jika mampu.” Kemudian dia berkata anda benar. “Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seaka-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian “. Riwayat Muslim Berikut empat isi atau kandungan hadist riwayat muslim di atas yang merupakan hadits kedua dari kitab arbain nawawiRukun islam ada 5, yaitu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad Rosul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan pergi haji jika mampuRukun Iman ada 6, yaitu 1. beriman kepada Allah, 2. beriman kepada malaikat Allah, 3. beriman kepada kitab-kitab Allah, 4. beriman kepada rasul-rasul Allah, 5. Beriman kepada hari akhir, 6. beriman kepada takdir yang baik maupun yang burukIhsan adalah kita beribadah kepada Allah seakan-akan kita melihatnya, jika kita tidak melihatnya maka Allah melihat tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hamba-sahayanya.

Kumpulanhadits lengkap, hadits shahih, hadits arbain, hadits bukhari, hadits muslim, hadits abu dawud, hadits tirmidzi, hadits nasai, hadits ibnumajah. Baca Al Quran. Bantu kamu menghafal dan mengkhatamkan alquran. Cukup dengan beritahu sahabat Anda tentang keberadaan website ini (Insha Allah berguna), dan pastikan untuk mendoakan kami di

Ilustrasi Dalam hadits Arba’in yang ke-15 dibahas tentang indikator-indikator orang yang bisa dikatakan iman kepada Allah dan Hari Akhir. Berikut redaksinya مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرَاً أَو لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، ومَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ Man kaan ayu`minu billahi wal-yaumil aakhiri fal-yaqul khairan au liyashmut. Wa man kaana yu`minu billaahi wal-yaumil aakhiri fal-yukrim jaarahu. Wa man kaan yu`minu billahi wal-yaumil aakhiri fal-yukrim dhaifahu. “Barangsiapa beriman kepada ALlah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah! Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhit maka muliakanlah tamunya.” Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Adapun sahabat yang meriwayatkan adalah Abu Hurairah. Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Ia dijuluki Abu Hurairah Bapak Kucing karena suka memelihara kucing. Nama aslinya adalah Abdurrahman bin Shakhrin. Secara umum hadits ini memberitahukan bahwa indikator iman kepada Allah dan hari akhir adalah. Pertama, berkata yang baik atau kalau tidak bisa maka diam. Kedua, memuliakan tetangga. Ketiga, memuliakan tamu. Syekh Utsaimin dalam syarahnya menulis beberapa pelajaran terkait hadits ini. Pertama, wajib diam, melainkan dalam kebaikan. Kedua, anjuran untuk menjaga lisan. Ketiga, wajib memuliakan tetangga. Masalah teknis pemuliannya dikembalikan pada tradisi masing-masing. Selama tidak menyalahi syariat. Keempat, Islam adalah agama yang ramah, suka mengenal dan dekat dengan yang lain. Kelima, wajib memuliakan tamu. Misalnya menyambutnya dengan wajah gembiri atau senyuman tulus. Selain itu, yang menarik di sini adalah amalan-amalan yang disebutkan dalam hadits ini adalah terkait dengan hubungan sosial kemanusiaan. Bahwa memiliki hubungan sosial yang baik adalah menjadi bagian indikator keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir. Maka dari itu, tidak bisa dikatakan baik keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir jika dia suka berkata kotor dan menyakiti, tak ramah kepada tetangga serta menyia-nyiakan tamu. Aza
.
  • 2k3teerfak.pages.dev/212
  • 2k3teerfak.pages.dev/384
  • 2k3teerfak.pages.dev/230
  • 2k3teerfak.pages.dev/189
  • 2k3teerfak.pages.dev/128
  • 2k3teerfak.pages.dev/237
  • 2k3teerfak.pages.dev/188
  • 2k3teerfak.pages.dev/420
  • hadits arbain tentang iman